Laman

Blog Soal CPNS

Kamis, 09 Februari 2012

HUKUM BACAAN BASMALLAH DALAM SHALAT

HUKUM BACAAN BASMALAH DI AWAL SURAT ALFATIHAH DALAM SHALAT
Pertanyaan dari:
1. Marsa’id, S.Pd.I., Anggota Muhammadiyah Cabang Watukebo, Jember, Jawa Timur
2. Ridwan, 08153246xxxx, Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah Baturaja Sumatera Selatan
(disidangkan pada Jum’at, 7 Zulhijjah 1429 H / 5 November 2008 M)
Pertanyaan:
1. Jika surat alFatihah terdiri dari tujuh ayat, dari bacaan bismillah dan seterusnya, bukankah seharusnya bacaan basmalah tidak disirrikan, bahkan harusnya dijahrkan sama seperti ayatayat berikutnya ketika kita baca jahr dalam shalat? Sebagai anggota Muhammadiyah saya perlu memahaminya, karena orangorang Muhammadiyah sendiri lebih banyak yang membaca surat al Fatihah dalam shalatnya tanpa menjahrkan bahkan ada yang tidak memulainya dengan bismillahirrahmanirrahim.
(Marsa’id, S.Pd.I.)
2. Manakah yang benar, bacaan basmalah dalam surat alFatihah ketika mengerjakan shalat dibaca jahr atau sirr? Di daerah kami masih sering warga Muhammadiyah bertanyatanya dan terkadang saling menyalahkan. (Ridwan, 08153246xxxx)
Jawaban:
Kedua pertanyaan dari dua orang penanya di atas akan kami jawab sekaligus dalam satu rangkaian jawaban. Namun, sebelumnya perlu diketahui bahwa masalah bacaan basmalah dalam surat alFatihah yang dibaca ketika mengerjakan shalat telah beberapa kali ditanyakan oleh penanya sebelumnya dan telah pula kami jawab dan dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah. Di antaranya yang telah diterbitkan dalam buku Tanya Jawab Agama Jilid 2 terbitan Suara Muhammadiyah Cetakan VI tahun 2003 halaman 5354 dan Tanya Jawab Agama Jilid 4 Cetakan III halaman 8289. Tetapi ada baiknya pada kesempatan kali ini kami jelaskan kembali secara singkat jawaban tentang persoalan tersebut.
Pendapat Para Ulama tentang Bacaan Basmalah dalam Shalat
Para ulama berbeda pendapat mengenai bacaan basmalah dalam shalat:
1. Imam Malik melarang membacanya dalam shalat fardlu, baik secara jahr (keras) maupun secara sirr (lembut), baik dalam membuka alFatihah maupun dalam surat lainnya, tetapi beliau membolehkan membacanya dalam shalat nafilah (sunnah)
2. Imam Abu Hanifah mengharuskan membacanya ketika membaca alFatihah dalam shalat secara sirr (lembut) pada setiap rakaat, dan lebih baik membacanya ketika membaca setiap surat.
3. Imam asySyafi‘i berpendapat wajib membacanya dalam shalat secara jahr (keras) dalam shalat jahr, tetapi dalam shalat sirri wajib dibaca dengan sirri.
4. Imam Ahmad Ibnu Hanbal berpendapat harus membacanya dengan sirri dalam shalat dan tidak mensunnahkan membacanya dengan jahr.
Sumber perbedaan pendapat tersebut adalah karena perbedaan pendapat mengenai status basmalah, apakah ia termasuk surat alFatihah, dan termasuk permulaan tiap-tiap surat atau tidak. Secara ringkas, perbedaan pendapat tersebut dapat kami uraikan sebagai berikut:
1. AsySyafi‘iyyah berpendapat bahwa basmalah adalah salah satu ayat dari surat alFatihah dan merupakan awal dari setiap surat dalam alQur'an.
2. AlMalikiyyah berpendapat bahwa basmalah bukan merupakan ayat, baik dari surat alFatihah maupun dari alQur'an.
3. AlHanafiyyah mengambil jalan tengah antara asySyafi‘iyyah dan alMalikiyyah.
Mereka berpendapat bahwa penulisan basmalah dalam alMushhaf menunjukkan bahwa basmalah adalah ayat alQur'an, tetapi tidak menunjukkan bahwa basmalah adalah salah satu ayat dari tiaptiap surat. Haditshadits yang memberitakan bahwa basmalah tidak dibaca dengan keras dalam shalat ketika membaca alFatihah menunjukkan bahwa basmalah bukan salah satu ayat dari surat alFatihah, tetapi mereka menetapkan bahwa basmalah adalah salah satu ayat dari alQur'an, yang diturunkan sebagai pembatas antara satu surat dengan surat lainnya, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas: Bahwa Rasulullah saw tidak mengetahui batas-batas surat sebelum diturunkan ‘BismillahirRahmanirRahim’.
Pendapat Majelis Tarjih tentang Bacaan Basmalah dalam Shalat
Kami berpendapat boleh membaca basmalah secara jahr dan boleh juga secara sirr dalam shalat. Pendapat ini berlandaskan haditshadits sebagai berikut:
١. عَنْ اَنَسٍ قَالَ : صَلَّيْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّي اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم وَاَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَوَعُثْمَانَ
فَلَمْ اَسْمَعْ اَحَدًا مِنْهُمْ يَقْرَاُ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ      
( رواه مسلم )
: Saya shalat bersama Rasulullah saw, Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman, tetapi saya tidak mendengar seorang pun di antara mereka yang membaca: ‘BismillahirRahmanirRahim’.” [HR. Muslim].
٢. عَنْ اَبِي هِلَالٍ عَنْ نُعَيْمٍ الْمُجَمِّرِ قَالَ : صَلَّيْتُ وَرَاءَ اَبِي هُرَيْرَيْةَ فَقَرَاَ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ثُمَّ قَرَاَ بِامِّ الْقُرْاٰنَ حَتَّي اِذَا بَلَغَ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَالِّيْن فَقَالَ اٰمِيْنٌ وَيَقُوْلُ كُلَّمَا سَجَدَ : اللّٰهُ اَكْبَرُ، وَاِذَا قَامَ مِنَ الْجُلُوْسِ فِي الْاِثْنَتَيْنِ قَالَ : اَللّٰهُ اَكْبَرُ، وَاِذَا سَلَّمَ قَالَ : وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ اِنِّي لَاَشْبهُكُمْ صَلَاةً بِرَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّي اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ       
( رواه النَّسَاءِي )
 “Diriwayatkan dari Abu Hilal, diriwayatkan dari Nu'aim alMujammir, ia berkata: Saya shalat dibelakang Abu Hurairah (makmum). Maka beliau membaca ‘BismillahirRahmanirRahim’, kemudian membaca UmmulQur'an, hingga ketika sampai pada ‘Gairilmagdlubi 'alaihim waladldlaalliin’ beliau membaca ‘Amiin’. Kemudian orangorang yang bermakmum membaca ‘Amiin’. Dan setiap bersujud beliau membaca ‘Allahu Akbar’ dan apabila berdiri dari duduk dalam dua rakaat, beliau membaca ‘Allahu Akbar’, dan apabila membaca salam (sesudah selesai), beliau berkata: Demi Allah yang jiwku berada di tanganNya, sesungguhnya saya orang yang paling mirip shalatnya dengan shalat Rasulullah saw.” [HR. anNasa'i]
    ٣  عَنْ قَتَادَةِ عَنْ اَنَسٍ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّي اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ  فَلَمْ اَسْمَعْ اَحَدًا مِنْهُمْ يَجْهَرُ عَنْهُم بِسْمِ اللّٰه  الرَّحْمٰن الرَّحِيْمِ    
            ( رواه النَّسَاءِي )
 “Diriwayatkan dari Qatadah, diriwayatkan dari Anas, ia berkata: Saya shalat di belakang Rasulullah saw, Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman r.a., tetapi saya tidak mendengar seorang pun di antara mereka yang membaca ‘BismillahirRahmanirRahim’ dengan keras.” [HR. anNasa'i]
    ٤  عَنْ اَبِي هُرَيرَةَ رَضِيَ اللّٰهِ عَنْهُ قَالَ : قَال رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّي اللّٰهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَا قَرَاْتُمُ الْحَمْدُلِلّٰهِ     فَقْرَءُوْابِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اِنَّهَااُمُّ الْقُراٰنِ وَاُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثانِيْ    وَبِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اِحْدَاهُمَا  
( رواه الدَّارُقُطْنِيْ )   
 “Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Apabila kamu membaca alHamdu Lillah (surat alFatihah), maka bacalah ‘BismillahirRahmanirRahim’, sebab surat alFatihah adalah UmmulQur’an dan UmmulKitab dan Sab’ulMatsani, adapun basmalah adalah salah satu ayat dari surat alFatihah.” [HR. adDaruquthni]
٥ عَنْ اَنَسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ اَنَّهُ سُاِلَ عَنْ قِرَاءَةِ رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّي اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَال : فَكَانَتْ قِرَاءَتُهُ مَدًّا...ثُمَّ قَرَءَ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنِ اَلرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ...    اَخْرَجَهُ الْبُخَارِي عَنْ اَنَسٍ قَالَ الدَّارُقُطنِيْ اِسْنَادَهُ صَحِيْحٌ 
 “Diriwayatkan dari Anas r.a., bahwa ia pernah ditanya tentang bacaan Rasulullah saw (surat alFatihah), maka Anas menjawab: Bacaannya secara madd (panjang). Lalu ia membaca ‘BismillahirRahmanirRahim, alHamdu Lillahi Rabbil ‘Alamin, arRahmanirRahim, Maliki Yaumiddin, …’.” [Ditakhrijkan oleh alBukhari dari Anas, adDaruquthni mengatakan: Sanadnya shahih]
Penjelasan
1. Hadits pertama yang diriwayatkan oleh Muslim dari Anas, menceritakan bahwa Anas tidak mendengar bacaan basmalah dari Nabi saw, Abu Bakar, Umar dan Utsman. Tetapi bukan berarti bahwa mereka tidak membaca basmalah sama sekali, sebab kemungkinan mereka membacanya secara sirri, tidak jahr (keras). Sebab dalam riwayat lainnya, yang diriwayatkan oleh Ahmad, anNasa'i, dan Ibnu Khuzaimah, juga dari Anas, menyatakan:
                                                                 لَايَجْهَرُوْنَ بِسَمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Ini menunjukkan bahwa mafhumnya adalah mereka membacanya secara sirri. Hadits yang ditakhrijkan oleh Muslim tersebut menurut para ulama adalah hadits yang berderajat shahih.
2. Hadits kedua, yang diriwayatkan oleh anNasa'i dari Nu'aim alMujammir, menyatakan bahwa ketika ia shalat di belakang Abu Hurairah (makmum), beliau membaca ‘BismillahirRahmanirRahim’.
Kemudian setelah selesai shalat beliau berkata: Saya adalah orang yang paling mirip shalatnya dengan shalat Nabi saw.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Nabi saw membaca basmalah dengan jahr ketika mengerjakan shalat. Perlu diketahui bahwa Abu Hurairah adalah sahabat yang dekat sekali kepada Nabi saw, dan tidak diragukan kejujuran, kepercayaan, ingatan serta kecerdasannya. Maka tidaklah mungkin beliau berdusta. AshShan‘ani menyatakan bahwa hadits tersebut adalah hadits yang paling shahih dalam masalah basmalah (ashShan‘ani, 1961, I: 173).
3. Hadits ketiga, yang diriwayatkan oleh anNasa'i dari Anas, menyatakan bahwa Anas tidak mendengar Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar dan Utsman mengeraskan suaranya dalam membaca ‘BismillahirRahmanirRahim’. Dari hadits tersebut dapat diambil pengertian (mafhum), bahwa Nabi saw, Abu Bakar, Umar dan Utsman membaca basmalah dengan sirri. Menurut para ahli hadits, hadits tersebut termasuk hadits shahih (ashShan‘ani, 1961, I: 173).
4. Hadits keempat, yang ditakhrijkan oleh adDaruquthni dari Abu Hurairah, menyatakan bahwa Nabi saw pernah memerintahkan kepada para sahabat untuk membaca basmalah apabila membaca alFatihah, sebab basmalah adalah salah satu ayat dari surat alFatihah, dan menurut adDaruquthni hadits tersebut adalah shahih.
5. Hadits kelima, yang ditakhrijkan oleh alBukhari dari Anas, menyatakan bahwa Rasulullah saw membaca basmalah apabila membaca surat alFatihah. Menurut adDaruquthni, sanad hadits tersebut adalah shahih.
Menurut para ahli hadits, kelima hadits tersebut adalah shahih dan tidak dapat diketahui mana di antara haditshadits tersebut yang datang lebih dahulu, sehingga tidak dapat ditetapkan mana yang nasikh (yang menghapus) dan mana yang mansukh (yang dihapus). Justru haditshadits tersebut dapat dikompromikan dan dapat diamalkan semuanya. Oleh karena itu kami berpendapat bahwa Rasulullah saw kadangkadang membaca basmalah secara jahr dan kadangkadang membacanya secara sirri. Kami tegaskan kembali bahwa basmalah adalah salah satu ayat dari ayatayat surat alFatihah, boleh dibaca secara jahr dan boleh pula dibaca secara sirri dalam shalat jahr, yaitu shalat yang diharuskan membaca surat alFatihah secara jahr.
Wallahu a’lam bishshawab. *sd)